Melalui otonomi luas daerah di
harapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem
negara republic Indonesia. Tanpa mengecilkan arti penting atau signifikasi dari
semangat berdemokrasi, masyarakat melalui pilkada, dampak negatif pun muncul
seperti ambisi yang berlebihan terhadap jabatan sehingga cenderung menghalalkan
segala cara, melalui suap dan kampanye negatif. Suap atau kampanye negatif merupakan penyakit kronik
sosial bagaikan penyakit kangker dalam dunia medis. Penyakit manusia yang sulit
di sembuhkan, dia mengacaukan tananan sosial, mengebiri kebenaran, dan
menjungkirbalikan nilai kemanusiaan. Di samping itu, suap mampu menggerogoti
nilai dan moral secara perlahan tetapi pasti. Mengesampingkan potensi manusia dan
juga menyia-nyiakan kemaslahatan umum. Suap mampu memebentuk perilaku
individualis, materialis, bermental hopokrit, penghianat, tamak dan tega dengan
sesame. Dia dapat memicu masyarakat bertindak kriminal, perampokan, pemerasan,
dan bahkan dendam berkepanjangan.
Suap menyuap sangat berbahaya
bagi kehidupan masyarakat karena akan merusak berbagai tatanan atas sisitem
yang ada di masyarakat. Akibatnya, terjadi kekacauan dan ketidakadilan, menyuap
dalam masalah pemilihan kepala daerah yang mencari simpati warganya dengan cara
memberikan imbalan uang, sembako, atau bahkan pekerjaan dan jasa-jasa lainnya
dengan tujuan agar warganya bersimpati dengan mendukungnya sehingga terpilih
menjadi kepala daerah.
Sedikit kutipan dari salah
seorang warga yang wajib pilih.
“politik uang dalam pemilihan
kepala daerah sudah dianggap lumrah, bahkan dilakukan terang-terangan."
Dan begitulah yang saat ini terjadi di negaraku.
Awalnya cuman perang poster-poster
bergambar para calon tertempel di seluruh pelosok daerah. Namun pada
minggu-minggu terakhir suasan akan semakin memanas, mulai dari perusakan
poster, intensitas pertemuan juga semakin meningkat, hampir tiap hari saya
lihat rumah mereka ramai. Barulah setelah itu praktek-praktek politik uang
dilakukan. Beberapa hari sebelum pencoblosan masing-masing kandidat mulai
membagi-bagikan uang. Kalau jaminan dulu ini dilakukan sembunyi-sembunyi, namun
sekarang dilakukan secara terang-terangan.
Sekarang ini calon yang menang
bukan lagi ditentukan oleh kualitas calonnya, tetapi sebrapa kuat modalnya.
Mereka yang mempunyai modal besar, uang banyak (entah dari mana), pendukung
kuat, dukun ampuh, hamper dipastikan akan menang.
Entah sadar atau
tidak sadar, warga sedang ditipu. Yang menang sudah mengeluarkan banyak uang.
Pperkiraan saya tiap calon sudah mengeluarkan milyaran rupiah. Tentunya mereka
akan mencari plus keuntungannya. Yang paling
besar adalah dari proyek-proyek yang melewati desa itu. Warga desa
menghancurkan diri mereka sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar