Blogger Widgets

Jumat, 11 Desember 2015

Money Politic

Melalui otonomi luas daerah di harapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem negara republic Indonesia. Tanpa mengecilkan arti penting atau signifikasi dari semangat berdemokrasi, masyarakat melalui pilkada, dampak negatif pun muncul seperti ambisi yang berlebihan terhadap jabatan sehingga cenderung menghalalkan segala cara, melalui suap dan kampanye negatif. Suap atau  kampanye negatif merupakan penyakit kronik sosial bagaikan penyakit kangker dalam dunia medis. Penyakit manusia yang sulit di sembuhkan, dia mengacaukan tananan sosial, mengebiri kebenaran, dan menjungkirbalikan nilai kemanusiaan. Di samping itu, suap mampu menggerogoti nilai dan moral secara perlahan tetapi pasti. Mengesampingkan potensi manusia dan juga menyia-nyiakan kemaslahatan umum. Suap mampu memebentuk perilaku individualis, materialis, bermental hopokrit, penghianat, tamak dan tega dengan sesame. Dia dapat memicu masyarakat bertindak kriminal, perampokan, pemerasan, dan bahkan dendam berkepanjangan.
 
Suap menyuap sangat berbahaya bagi kehidupan masyarakat karena akan merusak berbagai tatanan atas sisitem yang ada di masyarakat. Akibatnya, terjadi kekacauan dan ketidakadilan, menyuap dalam masalah pemilihan kepala daerah yang mencari simpati warganya dengan cara memberikan imbalan uang, sembako, atau bahkan pekerjaan dan jasa-jasa lainnya dengan tujuan agar warganya bersimpati dengan mendukungnya sehingga terpilih menjadi kepala daerah.
 
Sedikit kutipan dari salah seorang warga yang wajib pilih.
 
“politik uang dalam pemilihan kepala daerah sudah dianggap lumrah, bahkan dilakukan terang-terangan."
 
Dan begitulah yang saat  ini terjadi di negaraku.
Awalnya cuman perang poster-poster bergambar para calon tertempel di seluruh pelosok daerah. Namun pada minggu-minggu terakhir suasan akan semakin memanas, mulai dari perusakan poster, intensitas pertemuan juga semakin meningkat, hampir tiap hari saya lihat rumah mereka ramai. Barulah setelah itu praktek-praktek politik uang dilakukan. Beberapa hari sebelum pencoblosan masing-masing kandidat mulai membagi-bagikan uang. Kalau jaminan dulu ini dilakukan sembunyi-sembunyi, namun sekarang dilakukan secara terang-terangan.
 
Sekarang ini calon yang menang bukan lagi ditentukan oleh kualitas calonnya, tetapi sebrapa kuat modalnya. Mereka yang mempunyai modal besar, uang banyak (entah dari mana), pendukung kuat, dukun ampuh, hamper dipastikan akan menang.
 
Entah sadar atau tidak sadar, warga sedang ditipu. Yang menang sudah mengeluarkan banyak uang. Pperkiraan saya tiap calon sudah mengeluarkan milyaran rupiah. Tentunya mereka akan mencari plus keuntungannya. Yang paling  besar adalah dari proyek-proyek yang melewati desa itu. Warga desa menghancurkan diri mereka sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar